Tuesday, February 9, 2016

ANTARA CITA-CITA DAN CINTA (Bagian 8)



Bagian ke delapan.........

Di bawah pohon rindang dan dalam suasana pagi cerah nan sejuk itu qeela dan ahkam duduk berdua. Ahkam tidak sabar untuk menyatakan hatinya pada qeela namun berkecamuk dalam hatinya entah akan berbuah manis atau pahit nantinya.

Ahkam         : La.. aku malu sama kamu.. aku juga malu sama zanit.  entah apa yang terjadi padaku, entah setan apa yang mengganggu hatiku, kenapa perasaan ini harus lahir dalah hatiku. Kita sudah begitu dekat, persahabatan ini sudah begitu indah, Dimana kita saling mamahami dan sangat menghargai satu sama lain. Ingin rasanya perasaan hati ini aku tanam dalam-dalam, ingin rasanya perasaan ini tetap aku pendam, namun hati ini tidak bisa bertahan, hati ini selalu berontak, semakin ku tahan, hati ini semakin berontak. La Aku minta maaf.. aku tidak bisa menahan terus perasaan ini. Dan mohon maaf bila perasaan aku ini menggangu Hatimu dan mungkin persahabatan kita.

Qeela hanya terdiam dan tak sanggup berkata apa-apa. Qeela belum bisa menerka apa yang akan di sampaikan ahkam padanya. Dari pembicaraan ahkam ini dia tak sanggup menerjemahkannya. Dalah hatinya berkecamuk, kenapa ahkam berbicara seperti ini, kenapa dia minta maaf padaku, apakah dia akan membatalkan kejadian kemarin, ataukah ini agar bila aku tidak menerimanya tidak akan mengganggu persahabatan kita.





Ahkam         :  La aku suka sama kamu,

Sejenak pendangan ahkam kabur, begitu berat kalimat yang diucapkannya itu. kepala ahkam terasa begitu berat seketika, ahkam terdiam beberapa saat lalu melanjutkan kalimatnya.

Ahkam         : Iya La aku suka sama kamu, maaf kan karena aku tidak bisa memendam perasaan ini. Terlalu besar perasaan yang ada dalam hatiku La.

Mendengar kalimat itu qeela merasa hatinya dibawah jauh ke atas awan, seketika tubuhnya serasa ringan seakan dia melayang, kalimat itu begitu indah, kalimat itu begitu merdu di telinga. Pandangan qeela kosong, dihadapnya hanya nampak taman bunga yang luas nan indah. Dia sekan berada di tampat yang indah yang di penuhi dengan beagam tanaman bunga yang indah. Perasaan itu kemudian berlalu seketika namun Qeela hanya terdiam, entah apa yang harus disampaikan pada sahabatnya itu, qeela memang senang dengan apa yang disampaikan ahkam, namun hatinya juga gunda, apa nanti ahkam menerima keinginan dan cita-citanya.

Qeela            :  Kam aku senang kamu memiliki perasaan ini padaku. Aku juga senang engkau bisa mengutarakan isi hatimu, memang selama ini aku tidak pernah menyangka kalau diantara kita akan timbul perasaan seperti ini. Kamu begitu baik Kam, kehidupanmu begitu mapan, keluargamu begitu sempurnah. Mana mungkin ada wanita yang tidak senang bila menjalin sebuah hubungan denganmu, tapi kenapa aku kam, masih banyak wanita yang menyukaimu, tapi kenapa harus aku. Kam kamu tahu apa inpian dan cita-citaku
Ahkam         :  La.. inilah cintah dia datang sendiri, dia datang tiba-tiba dan begitu cepat tumbu. Cinta ini tumbuh bagaikan buaga melati yang dengan cepat merambat mengisi seluruh isi hati ini. La aku juga tidak pernah bermimpi akan jatuh cinta padamu, tapi entah kenapa perasaan ini harus lahir dalam hatiku. Aku senang dengan perasaan ini, namun aku juga takut karena perasaan hatiku ini. La aku akan selalu berusaha untuk menjaga persahabatan ini, baik dengan atau tanpa ada rasa cinta di antara kita. Aku juga akan senantiasa mendukung keputusanmu dan impianmu.

Qeela sangat yakin dengan apa yang diucapkan sahabatnya itu. sejauh yang iya kenal, ahkam tidak pernah menginkari janji atau menginkari setiap kalimat yang ia sampaikan. Dia juga tahu kalau selama ini ahkam dan zanit selalu mendukungnya dan memotivasinya untuk menggapai cita-citanya.

Qeela            :  Kam.. sebesar apakah perasaanmu padaku, apakah harus aku gapai cintamu, lalu gimana orang tuamu apa mereka tahu tentang perasaanmu.
Ahkam         :  La.. engkau sudah mengenal keluargaku seperti apa. Orang tuaku tentu tau perasaanku padamu dan merekalah yang mendorong aku untuk segera menyampaikan perasaanku ini, mereka tidak mau anak mereka jadi lelaki yang tidak bertanggung jawab atas apa yang di lakukan.

Mendengar perkataan ahkam hati qeela menjadi tenang, memang selama ini orang tua ahkam terlampau baik pada dirinya dan juga zanit, mereka seperi satu keluarga yang begitu dekat dan begitu akrab.

Qeela            : iya kam.. aku kenal keluargamu seperti keluarga aku sendiri, tapi engkau juga tahu kam.. bagaimana keluargaku. Aku punya mimpi yang harus aku gapai dan itu butuh waktu, apakah engkau maun menunggu sampai waktu itu tiba..
Ahkam         :  La.. aku akan selalu soport impian kamu, aku sangat ngerti kamu La. Aku tahu betapa berartinya cita-cita itu untukmu.. aku senang kamu memiliki cita-cita si mulia itu dan itu harus aku dukung.
Qeela            : Kam  aku  percaya..  aku percaya sama kamu, maafkan kalu aku meragukanmu. Aku tahu selama ini kamu sangat mendukung semua aktifitasku. Apalagi yang berhubungan dengan cita-citaku. Setiap aktifitas ku selalu saja engkau dukung, semua penelitian yang tentu berhubungan dengan bidang kedokteran selalu engkau dukung dan selalu saja melibatkan diri, harusnya untuk hal ini tidak perlu aku meragukanmu.
Ahkam         :  Tidak qeela.. memang hal itu perlu engkau sampaikan, agar tidak ada keraguan dalam dirimu.

Ahkam mencoba mendekati qeela, kemudian ahkam mencoba meraih tangan qeela namun qeela menghindari tangannya, ahkam kaget, kenapa sahabatnya seperti itu padahal biasanya dia tidak seperti itu, kita sering jalan bersama dan sering juga bergandengn tangan berdua atau bertiga. Tapi hari ini qeela agak lain, apakah ini yang seharusnya. ahkam berusaha tenangkan hatinya, dia berusaha untuk tetap fokus.

Ahkam         : La apakah, apakah, engkau bersedia menerima perasaan hatiku La. Apakah engaku bersedia menerima cintaku, Apakah engkau mau menerimaku sebagai kakasihmu..

Sekali lagi ahkam berkata dengan sangat berat hati yang degdekan semakin kencang, namun diat tetap berusaha tenang, begitu juga yang terjadi pada qeela. Qeela hendak berkata namun mulutnya belum mampu iya buka, hatinya berdetak begitu kencang, bibirnya sangat sukar digerakan qeela hanya terdiam, hati ahkam semakin degdekan dia tak sabar mendengar ucapan singkat qeela namun suara qeela belum juga terdengar, qeela begitu gugup, ini yang pertama terjadi dalam idup qeela perasaan ini baru pernah dia rasakan, qeela berusaha untuk tenang, namun semakin dia berusaha membuka mulutnya semakin mulut itu tak bisa digerakan. Tiba tiba terdengan suara dari belakang.





Zanit             :  Assalamu’alaikum.. hai kalian di sini.. tumben..

Ahkam dan qeela kaget mendengar suara salam dari sahabat mereka, lalu sama-sama berbalik dan melihat ke arah zanit tiba-tiba, neng-neng-neng bel tanda masuk kelas pun terdengan lalu mereka bertigapun bergegas.


Bersambung........................

No comments:

Post a Comment

Sampaikan Komentar Anda